Halaman

WNI: DPR Layak Tiru Anggota Parlemen Singapura

Singapura (ANTARA) - Seorang residen tetap asal Indonesia di Singapura, Yanne Meidiyah Putri mengatakan, warga Singapura beruntung memiliki anggota parlemen yang senantiasa dekat dengan rakyat dan bahkan membantu menyelesaikan masalah mereka melalui sesi pertemuan anggota parlemen dengan warga masyarakat. "Selayaknyalah anggota parlemen kita (DPR) mencontoh kebiasaan para MP (wakil rakyat-red.) Singapura yang sangat peduli pada rakyatnya ini. Selama ini, kalau kita punya masalah dan berurusan di Indonesia, selalunya pakai duit," kata Yanne Meidiyah Putri di Singapura, Selasa malam. 

Perempuan asal Padang kelahiran tahun 1974 yang bersuamikan seorang pria Singapura ini mengatakan, warga masyarakat Singapura termasuk dirinya yang hanya berstatus "residen tetap" bisa dengan mudah berkonsultasi, meminta bantuan dan saran atas beragam masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pada Selasa malam (27/9) itu, Yanne datang bersama puluhan warga yang hendak mengadukan masalahnya kepada anggota Parlemen dari Partai Aksi Rakyat (PAP), Prof Madya Fatimah Lateef, dalam sesi "MPs Meet the People" di sebuah ruang sekolah kompleks rumah susun Kampong Ubi Kembangan, Eunos Crecent, Singapura. 
Kegiatan "Sesi Anggota Parlemen Bertemu Rakyat" yang jamak dilakukan para wakil rakyat di Singapura ini hendaknya juga menjadi kebiasaan para anggota DPR di Tanah Air karena dengan begitu rakyat merasakan manfaat mereka memiliki wakil di parlemen, kata Yanne. Yanne mengatakan, ia baru pertama kali datang ke kegiatan rutin Prof.Fatimah Lateef bertemu warga itu untuk mengadukan masalah yang dia hadapi setelah dia mendengar dari banyak orang bahwa :"Bu Fatimah ini baik karena dia itu berjiwa sosial yang tinggi dan mau turun tangan langsung membantu masyarakat". "Nah masalah saya adalah bagaimana ibu saya bisa masuk ke Singapura lagi. Masalahnya tanggal lahir ibu saya ditulis berbeda antara yang ada di KTP (kartu tanda penduduk) dan paspor. Yang salah itu KTP-nya," katanya.  

Buat siapa saja 
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan rutin "MPs Meet the People Session" Prof.Fatimah Lateef ini, Eric, Sekretaris PAP Cabang Geylang Serai, mengatakan, siapa saja selama mereka merupakan warga Singapura akan dilayani tanpa membedakan apakah mereka para pemilih PAP atau partai politik lain. "Siapa pun bisa datang, bukan hanya para pemilih kami (konstituen). Anda harus melayani siapa saja karena memilih (partai mana saat Pemilu) itu rahasia. Jadi kita tidak tahu yang datang itu milih partai mana," katanya. 
Eric mengatakan, dibantu belasan orang sukarelawan dalam setiap sesi konsultasi rakyat yang berlangsung dari pukul 20.00 hingga 22.00 dan bahkan lebih ini, pihaknya bisa menerima 80 hingga 100 orang. Mereka menyampaikan berbagai masalahnya dan meminta bantuan Fatimah Lateef untuk mencarikan jalan keluar atas persoalan mereka tersebut. "Masalah bisa macam-macam, seperti rumah bocor, cekcok sesama tetangga, masalah perparkiran, sekolah anak yang jauh dari tempat tinggal atau pun masalah keuangan," katanya. 
Menurut Eric, hanya ada dua masalah yang tidak bisa dicampuri maupun ditangani langsung oleh anggota parlemen seperti Fatimah Lateef, yakni kasus hukum di pengadilan dan investigasi polisi. "Kami tidak bisa campuri dua masalah itu," kata pria berparas Tionghoa Singapura itu. Ditanya tentang apakah warga yang berstatus "residen tetap" di Singapura termasuk mereka yang akan dilayani, Eric mengatakan, pihaknya "akan mencoba membantu para residen tetap". Di wilayah pemilihan Prof.Fatimah Lateef yang juga berprofesi sebagai seorang dokter medik ini, terdapat 35 ribu orang pemilih, katanya. 
Sementara itu, Fatimah Lateef yang ditemui di sela kesibukannya melayani puluhan warga, mengatakan, acara rutin anggota parlemen bertemu rakyat seperti Selasa malam ini hanyalah salah satu cara saja untuk berjumpa warga masyarakat. Cara lain yang dia lakukan antara lain mengunjungi rumah-rumah warga dan membuka jejaring media sosial seperti "facebook" namun dia tidak hanya sekadar bertemu tetapi berupaya menyelesaikan masalah warga, kata anggota parlemen lulusan Universitas Nasional Singapura (NUS) kelahiran tahun 1966 ini. "Banyak masalah yang berkesan yang pernah saya tangani, termasuk dua jiran yang bergadung dan saya mediasi keduanya," katanya. 
Menurut Fatimah Lateef, kegiatan rutin bertemu warga masyarakat seperti yang dilakukannya setiap Selasa malam ini bukanlah "kewajiban" bagi para anggota parlemen seperti dirinya namun lebih dari 90 persen dari 87 anggota Parlemen Singapura melakukannya. "Lebih dari 90 persen (dari 87 anggota parlemen) melakukan `meet the people` ini," kata anggota parlemen yang juga dokter di Rumah Sakit Umum Singapura ini. 
Seluruh kegiatan rutin Selasa malamnya ini sepenuhnya dibiayai dari dana pribadi, termasuk pembelian komputer-komputer yang digunakan para sukarelawan untuk membantu proses pendataan dan pendaftaran warga. "Komputer-komputer (di ruangan-red.) dibeli dengan uang sendiri," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar