[Politisi Sukabumi] : Mari dukung fusi partai non parlemen menjadi satu partai saja.
JAKARTA (JPNN) - Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) Bursah Zarnubi, mengajak 29 partai politik (parpol) peserta Pemilu Legislatif 2009 yang tidak lolos ke DPR, untuk bersatu dalam sebuah fusi parpol, demi menghadapi angka parliamentary threshold (batas minimal perolehan kursi DPR) yang cenderung dinaikkan dari semula 2,5 persen.
"Bagi saya, soal angka-angka parliamentary threshold (PT) itu tidak terlalu penting, asal 29 parpol dengan total perolehan suara 19 juta lebih yang saat ini di luar DPR bersatu," kata Bursah Zarnubi, saat mengikuti diskusi bertema "Mencari Parliamentary Treshold (PT) Ideal Pemilu 2014", di press room DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (22/12).
Kalau mekanisme fusi atau penyatuan 29 parpol ini yang dilakukan untuk menghadapi Pemilu 2014 mendatang, lanjut Bursah, pasti hasilnya sangat siginifikan dalam melawan kesewenang-wenangan partai politik yang saat ini berkuasa di DPR dan pemerintahan. Dikatakannya pula, perilaku partai-partai besar untuk membunuh partai-partai kecil dalam sejarah politik Indonesia, sebenarnya bukanlah hal baru. "Itu sudah terjadi semenjak bangsa ini merdeka tahun 1945. Jadi, itu bukanlah hal yang aneh," tegasnya.
Hanya saja, lanjut Bursah, cara-cara yang ditempuh oleh parpol yang berkuasa sekarang dalam menghabisi partai kecil, dalam prakteknya lebih otoriter dibanding pada masa berkuasanya Orde Baru di bawah kendali Soeharto. "Dalam menyederhanakan partai politik, Presiden Soeharto lebih mengandalkan komunikasi dengan elit parpol saat itu. Sementara penguasa saat ini, lebih cenderung mengambil cara-cara yang otoriter, melalui perpanjangan tangan partai besar yang saat ini menguasai parlemen, dalam merumuskan undang-undang partai politik," tegasnya.
Yang disesalkan Bursah, tidak satu pun di antara parpol peserta Pemilu 2009 yang diajak berkomunikasi dalam merumuskan undang-undang partai politik. "Perilaku ini jelas tidak adil, karena keseluruhan suara yang diperoleh partai kecil ini cukup signifikan, yakni 19 juta lebih suara. Ini setingkat di bawah perolehan suara yang diperoleh oleh Partai Demokrat (yang) sekitar 20 juta suara," tegasnya.
Selain itu, Bursah juga menyesalkan terjadinya 'perampokan' suara partai minoritas oleh partai menengah, sebagai konsekuensi dari diberlakukannya PT 2,5 persen pada Pemilu 2009 lalu. "PDS yang memperoleh 120 ribu suara di Sulawesi Utara, menerima kenyatakaan pahit. Karena tidak mencapai dukungan PT 2,5 persen secara nasional, maka suaranya dialihkan ke PAN yang hanya mendapat 70 suara di Sulut," tegasnya. (fas/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar