Halaman

Bule Laporkan Mantan Cabup

[Politisi Sukabumi] : Barangkali postpowersyndrom, semoga lebih arif lagi....
Foto : Jurnal Sukabumi
Jurnal Sukabumi - Mantan Calon Bupati Sukabumi, Dayat Wiranta dilaporkan dua Warga Negara Asing (WNA) kepada aparat kepolisian. Dayat dituding sebagai otak dibalik aksi pengusiran empat warga bule asal Negara Belanda yang menempati Perumahan Elit Park Sukamantri Cisaat. Laporan disampaikan dua perwakilan WNA didampingi pengacaranya, Suryandi Elia SH kepada aparat Polres Sukabumi Kota, Rabu (12/1) kemarin.
BERITA TERKAIT = Dayat: Mereka Pantas Diusir
Selain Dayat, empat orang Bule juga melaporkan seorang warga lainnya, Diki Borel. Kedua warga yang rumahnya bertetanggaan dengan orang bule itu sama-sama dituduh memprovokasi warga hingga terjadinya aksi pengusiran. Sejauh ini petugas masih melakukan kajian atas laporan warga bule yang sudah terusir dari tempat tinggalnya sejak 2 Januari lalu.
Keempat WNA itu masing-masing Gerard Prinsen (67) dengan istrinya Sonja Wewengkang (67) dan Atoon Mulders dengan istrinya Marian Merx. Pengacara keempat WNA Belanda, Suryandi Elia mengatakan, pihaknya mendapatkan kuasa hukum untuk mendampingi perkara dugaan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan Dayat dan Diki.
”Kedua keluarga WNA Belanda ini melaporkan dua warga, diantaranya yang diduga menggembok pintu masuk ke permukiman di Park Sukamantri dan seorang warga yang membawa massa saat melakukan aksi pengusiran,” jelas Suryandi kepada para wartawan, Rabu (12/1) kemarin.
Dijelaskan Suryandi, aksi pengusiran mengakibatkan empat WNA tidak bisa masuk ke lingkungan perumahan elit Park Sukaantri Cisaat. Mereka terpaksa harus mengungsi dengan tinggal sementara di sebuah tempat penginapan. Padahal kedua keluarga WNA Belanda tersebut memiliki hak untuk mengisi rumah yang berada di Park Sukamantri.
”Keempat WNA Belanda ini sedang menempati rumahnya sendiri di Park Sukamantri. Dan mereka datang ke Indonesia hanya untuk menikmati dan menghabiskan masa-masa tuanya. Mereka berada di Indonesia untuk liburan karena di negara asalnya sedang musim salju,” katanya.
Seorang WNA Belanda, Sonja Wewengkang menuturkan bahwa di Park Sukamantri tersebut terdapat 13 rumah berbagai jenis ukuran. Semua rumah tersebut dimiliki dan dibangun oleh 13 keluarga WNA Belanda sekitar tahun 1997. ”Para pemilik rumah ini orang-orang yang sudah tua dan masih keturunan Indonesia. Dan biasanya kami ke Sukamantri ini bila di Belanda sedang musim salju atau saat kami liburan kerja,” tutur Sonja yang mengaku nenek moyangnya berasal dari Manado Sulawesi Utara.
Sonja yang juga sebagai ketua perkumpulan WNA Belanda di Park Sukamantri itu menjelaskan bahwa dirinya dan keluarga serta WNA Belanda lainnya berkeinginan menikmati hari tuanya di Indonesia karena banyak diantaranya bahwa Indonesia juga sebagai tanah kelahirannya.
”Kami berkeinginan bila setelah pensiun bisa tinggal di Indonesia. Kami juga tahu adat istiadat ketimuran, karena kami juga mendapatkan pendidikan dan hal ini juga kami sampaikan kepada yang lainnya,” jelas Sonja yang kini berusia 67 tahun.
Sementara Perwira Humas Polres Sukabumi Kota, AKP IGK Warjana melalui Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Sat Reskrim) AKP E. Kuswaha membenarkan pihaknya sedang memproses pelaporan WNA Belanda dengan perkara perbuatan tidak menyenangkan. ”Baru hari ini (kemarin, red) kami mendapatkan laporan dan pelapornya juga masih diminta keterangan penyidik. Selanjutnya kami akan meminta keterangan saksi lainnya dan ke depan akan melakukan pemanggilan terhadap dua orang terlpor dalam waktu dekat ini,” jelas Kuswaha.

=Budiyanto
budiyanto@jurnas.com

Sukabumi - Mantan Calon Bupati Sukabumi, Dayat Wiranta menganggap aksi pengusiran terhadap empat WNA yang menempati perumahan elit Park Sukamantri terjadi akibat akumulasi kekesalan warga. Keempat bule asal Belanda itu dinilai telah merusak tatanah kehidupan bermasyarakat secara sangat arogan. Karena itu, Dayat merasa tidak gentar ketika dirinya dilaporkan kepada aparat kepolisian.
Menurut Dayat, aksi pengusiran terhadap empat Bule itu tidak dilakukan secara mendadak. Namun tindakan itu justru sudah menjadi kebulatan warga yang diketahui unsur pemerintah setempat. Bahkan warga sudah beberapa kali melaporkan permasalahan ini kepada unsur kecamatan termasuk aparat kepolisian.
”Perilaku warga negara asing itu sudah tidak mencerminkan adat budaya ketimuran. Mereka juga tidak mau bersosialisasi dengan warga. Justru mereka memperlihatkan sikap arogansinya hingga warga menjadi marah,” kata Dayat saat dihubungi Jurnal Bogor, tadi malam.
Dayat mencontohkan sikap arogansi orang Bule terjadi kepada seorang warga yang berprofesi sebagai pemilik bengkel mobil. Ketika tukang bengkel sedang membetulkan kendaraan, orang Bule marah karena menimbulkan suara berisik. Sikap arogan orang bule juga sempat dialami beberapa warga lainnya yang sedang membersihkan lingkungan sekitar.
”Ketika warga sedang membakar sampah, tiba-tiba Orang Bule langsung menyiramnya dengan air. Etikanya khan tidak seperti itu. Otomatis warga pun menjadi kesal karena melihat sikap arogan Orang Bule tersebut,” kata Dayat.
Tidak hanya itu, kata Dayat, kehadiran empat warga Bule juga telah merusak tatanan kehidupan serta adat istiadat. Sebab seringkali Orang Bule melakukan tindakan asusila di depan umum. Tindakan Orang Bule dianggap sebagai hal yang bertolak belakang dengan ajaran agama maupun kebiasaan warga.
”Warga punya alasan kuat untuk mengusir Orang Bule itu dari wilayah pemukiman kami. Selain perilakukan yang tidak sesuai dengan budaya warga, mereka juga telah menyalahgunakan ijin tinggal di Indonesia. Sebab mereka memanfaatkan visa wisata untuk melakukan usaha di Indonesia,” kata Dayat.
Maka dari itu, kata Dayat, pihaknya mempersilahkan aparat kepolisian untuk mengusut kasus ini. Warga siap menghadapi resiko atas laporan yang dibuat warga asing tersebut. ”Namun perlu diingat juga, keberadaan orang Bule itu sebenarnya sempat ditutup aparat kepolisian beberapa tahun silam,” tandas Dayat.

=Rojab Asy’ari

11 komentar:

  1. Usir We Belanda Mah
    Garelo Maneh na Cicing di Sukamantri....
    Menyalahi budaya....Hirupna teu make tata krama...
    anu Ngahalang-halang leuwih gelo....

    BalasHapus
  2. aduh orang sukabumi pada kampungan banget...!!
    kapan majunya lo?....
    kampung.....
    ktnya kota pariwisata???kq masih kampungan ya????
    maluuu deh...

    BalasHapus
  3. bule juga lagi salah ngapain bangun rumah di tengah lingkungan yang kampungan....
    knp ga bangun rumah di kawasan lingkungan elit n pariwisata aja sih?

    BalasHapus
  4. cek dulu kebenarannya, kalau memang warga asing tersebut terbukti bersalah ya ajukan saja ke pangadilan, kan negara kita negara hukum. tapi kalau warga asing itu tdk salah, wajib diselidiki juga tuh, jgn2 warga sekitar ditumpangi oleh provokator yg punya kepentingan pribadi tertentu. wajib ditindak orang yg suka main hakim sendiri!!!

    BalasHapus
  5. dasar orang indonesia, ga bisa ngeliat orang lain maju bawaannya sirik terus!

    BalasHapus
  6. bener...menurut informasi nya warga sana aja gatau bahwa mereka demo untuk apa?..
    wah ada yang mendalangi nih jangan2?
    dendam pribadi..?
    klo dendam jangan merusak nama warga sukamantri donk

    BalasHapus
  7. please deh bwt chester tuu yg di atas, yg gila itu anda tidak tau duduk permasalahan langsung komentar makanya pake otak jangan pake otot doang, banyak baca ya jgn jadi orang goblok dan fanatisme sempit, orang2 macem anda ini yg bikin Indonesia ga maju, ada warga negara asing harusnya kita bisa perlakukan mereka dengan baik, sekaligus memperbaiki image negara Indonesia di mata dunia, ayo bangkit doong jgn punya pandangan dan pikiran yg sempit, selama kita bisa menempatkan diri dgn baik, perbedaan itu bukan menjadi ancaman bagi kita tapi justru akan memperkaya budaya dan negara kita, khususnya desa sukamantri, bersyukurlah kalau mereka ingin berwisata d sana berarti memang desa sukamantri memiliki pesona alam yg indah dan justru harus d kembangkan,chester.. kalau anda bilang merusak budaya buktinya mana?? jangan asal cuap yaa karna bisa jadi anda justru yg akan jadi korban!!! ato kalo anda tidak ingin hidup berdampingan dengan orang lain silahkan anda tinggal di hutan belantara yg pastinya tidak hidup berdampingan dgn org lain!!!

    BalasHapus
  8. siiip bener banget....
    mungkin dy pengen bule nya keluar n di tempatin deh tuh rumah...???
    ahahahahhahahahaaaa

    BalasHapus
  9. si cester mah idiot hahahahaha

    BalasHapus
  10. SATA SETUJU SAMA PAK DAYAT, WNA BELANDA ITU PANTAS DIUSIR. SAYA TERMASUK PENGHUNI BUNGALOW ITU & SEMENJAK MEREKA MENGISI PARK, KEADAAN PARK JADI ABSURD. BELUM LAGI DITAMBAH SIKAP AROGANSI ANTON, MARYAN, SONYA YG TIDAK MENGINDAHKAN HAK WARGA PRIBUMI. SONYA BLG DIA NGERTI ADAT KETIMURAN, TRUST ME SHE'S TALKING BULLSHIT. KATANYA HANYA HENDAK BERLIBUR DAN MENGHABISKAN MASA TUA, ITU JG BULLSHIT. MEREKA MEMBENTUK SEBUAH PERKUMPULAN (VERENIGING) UTK MENGADAKAN LADANG DUIT, BUBGALOW YG SEHARUSNYA TIDAK BOLEH DIJADIKAN TEMPAT PERNIAGAAN MALAH DIAM-DIAM DIBIKIN PENGINAPAN DGN SISTEM KONTRAK. SAYA PRIBADI BERKESIMPULAN BAHWA MEREKA ITU PAKE SISTEM VOC PENJAJAHAN BELANDA, MENINDAS PRIBUMI, WARGA PRIBUMI YG BEKERJA DISITU TIDAK DIBERI UPAH LAYAK. MEREKA NYURUH2 ORG INDONESIA DGN SIKAP SANGAT TIDAK RAMAH.
    SAAT INI KONDISI PARK SEPI, YG ADA ADALAH PERSAINGAN ANTAR WARGA LOKAL PERUMAHAN SUKAMANTRI UTK MENGUASAI PARK.

    BalasHapus
  11. miranti, gimana ceritanya sekali yang detil, biar kita semua tahu..

    BalasHapus